Selasa, 23 Maret 2010

Memaksakan Gaya Hidup

Mengikuti perkembangan teknologi sebagai bagian dari gaya hidup, tengah melanda masyarakat kita. Celakanya seringkali, teknologinya sendiri tidak dipelajari dan dimanfaatkan, jadi sekedar buat gaya-gayaan.

Seorang teman pernah menceritakan, ada nara sumbernya, “juragan kecil” di bidang usaha makanan tradisonal yang dikembangkan secara waralaba, sudah bawa Blackbery di tangannya.

Dengan nada bercanda, teman saya bertanya “ Wah, sudah pegang Blackbery sekarang nih, sudah sukses dong”. Ia menjawabnya, “ Iya nih ada yang nawarin, tapi saya nggak suka pakai ini sms nya nggak bunyi, saya nggak tau gimana ngesetnya,” ungkapnya polos. Jadi boro-boro menggunakan berbagai fasilitas yang ada di dalamnya.

Kebetulan orang tesebut juga pernah saya temui. Orangnya sederhana karena latar belakangnya juga sederhana, dengan tingkat pendidikan yang juga rendah, namun ia bisa lumayan berhasil karena berani dalam usaha. Tutur katanya juga tetap sederhana, tidak sok jadi lebih tinggi. Namun mungkin karena tak kuasa untuk tidak mengikuti gaya hidup, ada yang nawarin, melihat kenalan-kenalannya banyak pakai, ditambahi kipas-kipas dari anaknya, akhirnya ia membeli barang yang tidak bisa ia manfaatkan secara maksimal.

Hal yang serupa juga dilakukan teman-teman di lingkungan saya, namun di lakukan dengan sadar. “ Ini buat gaya aja, kalau pulang kampung kan jadi keliatan keren bawa BB,” ungkapnya. “ Di kampung banyak yang pakai hp model kayak gini, tapi jarang yang pakai Blackbery beneran,” tambahnya.

Lama fasilitas di BB nya tidak pernah digunakan, akhirnya dia ganti sim card karena ada operator yang menawarkan tariff murah untuk BB. Setelah diaktifkan, dia sering ngeledekin dengan tanya “ Pin mu berapa li ?,”. Lingkup pergaulannya memang banyak berhubungan dengan model-model, yang meskipun kelasnya masih menengah-bawah, Kebanyakan punya Blackbery.

Satu hari, dia pergi ke Bandung bawa motor barunya boncengan dengan satu orang teman lain, beberapa hari nginep di hotel dibandung cuma buat refreshing katanya. Pulangnya dengan bangga tapi sambil bercanda ia bercerita, bagaimana enaknya selama disana, dan nggak ketinggalan cerita soal BB nya yang bisa pake GPS jadi nggak gampang nyasar.

Tiba-tiba suatu sore dia berkata “ Djancuk.. BB ku ke Format, datane ilang semua, aku ga nyimpen no arek-arek..,” katanya seambil ketawa-tawa.
Langsung saja aku timpali, “ Gaya doang sih, nggak ngerti teknologi sok-sok an pake BB”. “ Iya ga tau kenapa aku yes-yes aja taunya keformat semua datanya ilang, djancuk…djancuk..” ungkapnya.

Beberapa hari kemudian, dua-duanya sakit…ngreges karena kecapean katanya.
Sambil menertawakan diri sendiri ia berkata “ Kita ini sebenarnya kemampuannya belum sampai, tapi kita paksakan ikuti gaya hidup, akhinya nggreges…meriang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar