Kamis, 18 Februari 2010

Jadi Nahkoda Kapal Kecil atau Kelasi Kapal Besar

Beberapa hari lalu, chat dengan teman lama di FB namanya Idham Gofur. Setelah ngobrol ini-itu, dia bilang
Idham : " Lo enak lah sekarang da punya jabatan"
gw :" Ga juga lah, kayak ga tau aja disini"
Idham: " Ya mendinglah, ibaratnya mendingan jadi kepala ular kecil daripada cuma jadi ekor ular besar". Setelah itu dia off.

Selepas itu gw jadi berpikir...,
Kalau dia mengibaratkan ular, gw lebih condong memberu umpama Kapal.
Pilih Mana? Jadi Nahkoda Kapal Kecil, atau Jadi Kelasi ( ABK) di Kapal Besar

Dilihat dari jabatan, tentu jadi Nahkoda lebih membanggakan.
Dilihat dari pencapaian tujuan. Tergantung, bisa saja kapal kecil jika dikemudikan dengan baik bisa mencapai tujuan dengan cepat, tapi jika salah kapal kecil tentu lebih ringkih dan mudah terseret arus, tidak seperti kapal besar yang cenderung stabil.
Masalahnya, Nahkoda disini tidak bisa kreatif melakukan sesuatu karena semua harus sesuai Juklak yang sudah ditentukan pemilik kapal. Padahal di Samudra, kita turut merasakan apa yang terjadi dan kadang ingin berbuat sesuatu tindakan alternatif untuk tujuan bersama.
Yaa mungkin kapasitasku sebenarnya belum sampai untuk jadi real Nahkoda, mungkin tepatnya hanya semacam juru mudi.
Jika ingin benar2 bebas mandiri, mungkin lebih baik membuat sampan sendiri, yang walau kecil dan kemampuannya terbatas, bisa kita kemudikan semau kita.

Sekarang gw teringat kata-kata seorang teman kuliah yang entah dia kutip darimana.
" Seorang Pelaut Ulung Tidak Terlahir dari Laut yang Tenang".
Jadi, biar gw bisa lebih terlatih, gw harus belajar pegang kemudi kapal kecil ini dan hadapi semua ombak yang menghadangnya..

Terimakasih atas kesempatan yang diberikan untuk banyak belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar